Simak Kategory yuk..

Cerpen (1) Dakwah (1) KHILAFAH (4) Muslimah (3) Opini (5) Puisi (3) Remaja (1) Video (1)

Rabu, 20 November 2013

Idealisme Pengemban Dakwah

Pengemban dakwah makhluk apa itu?, hmm kalau boleh dibilang, pengemban dakwah adalah makhluk jadi jadian, eeitts tapi bukan maksudnya manusia setengah siluman atau penampakan makhluk halus ya. Seorang pengemban dakwah jadi jadian maksudnya adalah jadi soleh bisa, jadi taat tentunya, jadi teladan masyarakat,jadi dokter bisa(mengobati hatinya ummat), jadi pedagang bisa (apalagi kalau ada agenda butuh dana),jadi detektiv bisa (mencari pelku konspirasi-konspirasi),jadi psikolog juga bisa (karena terima konsultasi setiap saat), yang pastinya jadi berguna bagi nusa dan bangsa.
Pekerjaan orang yang mengemban dakwah so pasti sangat luar biasa yang bahkan tidak ada pekerjaan di dunia ini yang lebih baik darinya, karena jenis pekerjaan yang satu ini langsung mendapat pujian dari Allah SWT, sebagaiman firmanNya
“Siapakah yang lebih baik perkataannya dibanding orang yang berdakwah kepada Allah, mengerjakan amal soleh dan berkata: sesungguhnya aku termasuk orang yang berserah diri (kepada Allah)?” (Q.S Fushilat [41]:33)
Kelihatannya sungguh sangat membahagiakan kehidupan para pengemban dakwah itu, sudah kerjanya cuman berbicara, dijadikan teladan di puji Allah pula. Tapi eitss nyatanya gak seperti itu juga mas n mba brow. Ketika kita bergelut dalam dunia dakwah maka jagan harap cerita yang muncul adem ayem saja, yang ada malah lika-liku, cobaan dan tantangan hidup yang seolah tak ada habisnya.  Yah, sudah sunnatullahnya seperti itu memang, sebagaimana hadis Rasul ketika beliau baru saja menerima wahyu, beliau diajak oleh Khadijah menemui Waraqah bin Naufal. Waraqah bertanya kepada beliau “Apa yang pernah engkau lihat wahai anak saudaraku?”.Rasul kemudian menceritakan apa yang dilihat dan dialaminya. Setelah mendengarkan Rasul, Waraqah berkata”Itu adalah Namus yang pernah diturunkan Allah kepada Musa. Andaikan aku masih berumur muda saat itu. Andaikata saja aku masih hidup tatkala kaummu mengusirmu”.Rasul kemudian bertanya “Benarkah mereka akan mengusirku?”. Jawab Waraqah,”benar, tak seorangpun pernah membawa seperti yang engkau bawa, melainkan akan dimusuhi. Andaikata aku masih hidup pada masamu nanti, tentu aku akan membantu dengan sungguh-sungguh”
Sekali lagi Waraqah mengatakan “Benar, tak seorangpun pernah membawa seperti  yang engkau bawa melainkan akan dimusuhi”

Konsekuensi-konsekuensi hidup memang akan selalu menemani langkah kaki kita entah itu kita melangkah pada jalan yang diridhoiNya ataukah malah memilih terjun bebas keneraka. Begitupula dengan berkecimpung dalam dunia dakwah penuh dengan resiko,karena dakwah itu bukan pekerjaan yang menghasilkan pundi-pundi uang, bukan juga pekerjaan yang dilakukan kalau lagi mood aja, dan bukan pula pekerjaan sampingan layaknya macing atau main layang-layang (kecuali memancing pemikiran ummat  atau melayangkan pertanyaan kepada ummat agar ummat bisa bangkit) . Dakwah sejatinya perkara hidup dan mati guys, sebagaimana Rasul pernah bersabda ketika diminta oleh pamannya untuk meninggalkan dakwah, Rasulullah saw tegas menjawab, “Demi Allah, andaikan mereka meletakkan matahari di tangan kanan saya dan bulan ditangan kiri saya, sungguh saya tidak akan meninggalkannya hingga Allah memenangkan urusan (agama) ini atau saya mati karenanya.”
Tuhkan guys jelas bahwa dakwah ini bukan main-main dan dibutuhkan keseriusan,totalitas, dan pengorbanan yang tidak sedikit dalam menjalaninya. Maka dibutuhkan yang namanya idealisme dalam menjalaninya. Idealisme menurut artikata.com adalah hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita, menurut patokan yang dianggap sempurna. Kalu seorang pengemban dakwah tidak punya idealisme maka dia tak layak disebut pengemban dakwah bisa jadi muncul istilah pengemban dakwah KTP kayak islam KTP hehe.
Idealisme seorang pengemban dakwah bukanlah idealisme biasa tapi idealisme yang berstandarkan perintah dan larangan Allah SWT. Karena arti idealisme mempunyai unsur cita-cita dan patokan yang dianggap sempurna, maka cita-cita seorang pengemban dakwah adalah satu yakni Ridho Allah, sementara patokan yang dianggap sempurna adalah Syariat Islam.
Ketika kita memilih jalan mulia ini maka idealisme kita akan di uji oleh Allah sejauh mana kita menggenggam amanah ini, sekuat apa kita akan menahan segala sakit ini, selama apa kita melangkah pada jalan ini, sekokoh apa kita menerima penolakan-penolakan dakwah, sekeras apa kita mencurahkan yang terbaik untuk jalan ini. Karena berbicara idealisme maka kita berbicara mengenai kegigihan, kekokohan, dan keistiqomahan.
 Karena dakwah merupakan tindakan menyeru dan senantiasa menyeru, maka dakwah membutuhkan kegigihan bukan kekepalaan hehe. Gak semua Orang ketika diseru  serta merta akan menyambut seruan kita, apalagi menyeru kepada kebaikan maka akan sangat sulit mencari orang-orang yang mau mengikuti seruan kita, jangankan untuk mengikuti, untuk mendengarkan saja enggan, sedih banget rasanya ketika kita ibaratnya seorang guru pengemban dakwah telah memberi ilmu, perhatian, meluangkan waktu, tenaga, fikiran eehh malah dicemooh. Sudah menunjukkan jalan ke surga eeh malah memfitnah sesat. Coba aja kalau yang ditawarkan uang padahal yang ditawarkan oleh pengemban dakwah jauh lebih berharga dari uang. Tapi pengemban dakwah harus punya jiwa tangguh dong, tak akan berhenti hanya karena dicela, kalau ditanya sakit ya so pasti sakiiit banget guys, tapi pengemban dakwah akan terus bergerak karena idealismenya yang hanya mengharapkan Ridho Allah, pengemban dakwah sadar jalan yang dipilih akan sulit tapi ia yakin bahwa akhirnya akan menjadi Indah.
Pengemban dakwah akan istiqomah jika ia punya idealisme, tak akan mudah lelah karena sadar bahwa istirahat sesungguhnya hanya ada pada JannahNya. Perkataannya akan tetap konsisten pada Islam, perkataannya tidak akan ditarik ulur berdasarkan kepentingan duniawi. Perbuatannya akan senantiasa sesuai dengan syariat karena ia tahu dia adalah tauladan ditengah-tengah masyarakat dan lebih dari itu dia sadar sang Maha melihat akan senantiasa megawasi
 Lantas bagaimana batasan dakwah itu?? Apakah setelah kita menua, keriput sudah muncul sana sini, gigi udah  pada ompong kita boleh berhenti dakwa??, tentu tidak pemirsa karena dakwah tidaklah mengenal usia, bukan karena alasan tua maka kita dilegalkan untuk tidak melaksanakan kewajiban dakwah, bukanjuga  kita berhenti karena telah banyak kader yang kita hasilkan dari perjuangan selama ini. Jika kita berpandangan demikian Itu artinya idealisme kita belumlah 100% berdasarkan Islam, karena sjatinya dakwah itu haruslah 100% bukankah Rasul menjadikan perkara dakwah sebagai perkara hidup dan matinya?, Rasul cuman punya dua pilihan dalam dakwah “ Menang ataukah Mati dijalan ini”, Rasul tidak bilang “ Menang dan berhenti ketika tua/cape/lelah/bosan apalagi malas”. Kerena pengemban dakwah punya idealisme guys

Idealisme pengemban dakwah,itulah pemantik dikala sakit, penyulut dikala sulit, penyemangat dikala penat.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar