Simak Kategory yuk..

Cerpen (1) Dakwah (1) KHILAFAH (4) Muslimah (3) Opini (5) Puisi (3) Remaja (1) Video (1)

Minggu, 28 September 2014

Hegemoni Asing dalam Kemerdekaan Negri


Bulan Agustus menjadi bulan dengan euforia kemerdekaan. Betapa tidak, kibaran sang saga merah putih berkibar dimana-mana, tak lupa berbagai macam perayaan maupun lomba dilakukan untuk memeriahkan hari kemerdekaan negri.
Wajar saja, setalah berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus tahun yang lalu Ibu pertiwi dibelenggu oleh moncong-moncong senjata Belanda dan Jepang, kini negri ini 69 tahun lamanya telah menghirup udara bebas. 69 tahun bukanlah waktu yang singkat bagi Indonesia untuk bisa menjadikan dirinya sebagai negara yang sejahtera dan mampu bersaing dikancah internasional terlebih lagi jika melihat potensi-potensi negri ini.
Namun sayang, jangankan untuk bisa menorehkan prestasi dalam menyejahterahkan rakyat, kemerdekaan saat ini masih ibarat ‘gincu’ ia ada tetapi tidak terasa karena hakekatnya negri ini belum merdeka. Jika kemerdekaan hanya dimaknai bebas dari penjajahan secara fisik tentu tak ada yang memungkiri bahwa kita telah merdeka. Namun jika kemerdekaan diartikan bebas dari segala macam bentuk penjajahan, maka ada beberapa fakta yang perlu kita ulas sebelum meyimpulkan negri ini telah merdeka atau belum merdeka.
Bahkan jajak pendapat yang dilakukan Harian Kompas  tahun 2010, menyatakan bahwa masyarakat menilai banyak aspek dan kondisi makin buruk. Misal, pada aspek keadilan hukum mereka menyatakan: 59,3% semakin buruk, 13,4%: tetap, 21,6%: semakin baik. Lalu pada aspek keadilan ekonomi mereka menyatakan: 60,7%: semakin buruk, 15,1%: tetap, 21,1%: semakin baik. Saat berbicara pada aspek peran negara, ternyata kesimpulannya: peran negara tidak memadai!
Lalu terkait kemerdekaan, terlihat jelas bahwa masyarakat memandang Indonesia belum merdeka baik dalam bidang ekonomi (67,5%: menyatakan belum merdeka), politik (48,9%; menyatakan belum merdeka), budaya (37,1%: menyatakan belum merdeka).




Regenerasi ”Cabe-cabean” Jadi “Cobe-cobean”

Cabe kini telah menjadi komoditi yang sedang naik daun.  Hal ini bukan  karena harganya  tapi kini namanya melambung akibat istilah “cabe” yang kerap digunakan untuk menyebut cewek-cewek alay dibawah umur berperilaku nakal, liar dan identik dengan seks bebas. “Cabe-cabean” begitulah masyarakat kerap kali menyebutnya. Fenomena cabe-cabean tak bisa dianggap sebagai angin lalu, pasalnya efek pedasnya cabe akan berdampak pada masyarakat sekitar. “Cabe-cabeanpun” bak virus yang sangat cepat menyebar bahkan sampai ke kota daeng, meskipun hakikatnya cabe-cabean telah lama hadir di kota besar semacam Makassar namun istilah impor dari Jakarta tersebut juga telah membuming di kota Makassar.

Fakta “Cabe-cabean”
Aktivitas para “cabe” di kota Makassar juga cukup aktiv, hal tersebut nampak dari tingginya angka seks bebas kalangan remaja di  Kota Makassar sebagai kota metropolitan. Menurut disertasi Direktur Rumah Sakit Ibu Anak Siti Fatimah, dr Leo Prawirodihardjo yang melakukan penelitian ‘Perilaku Seks Bebas Remaja di Kota Makassar’,  dari hampir 4.000-an penderita AIDS di Sulsel, sekitar 3.134 penderita atau sekitar 80 persen berada di Kota Makassar. Bahkan Kota Makassar, disebut masuk peringkat tiga kota penderita HIV/AIDS tertinggi di Indonesia, setelah Jayapura dan Jakarta.

Muka Dua Amerika Hingga Solusi Palestina


Penculikan gadis-gadis sekolahan di Negeria membuat dunia terperanjat, betapa tega organisasi yang bernama Jama’atu Ahlis Sunna Lidda’awati wal-Jihad yang kemudian terkenal dengan sebutan  Boko Haram menculik gadis-gadis belia yang tak punya salah apa-apa. Rupanya kasus ini tak hanya membuat pemerintah Nigeria berang, Ibu nomer 1 di Amerika Serika Michelle Obama juga geram. Kepeduliannya dia tunjukkan dengan mengupload fotonya yang  berwajah kesal sambil memegang kertas putih bertuliskan  #Bring Back Our Girls. Persoalan kemanusian membuat ibu dari negara adidaya merasa memiliki tanggung jawab moral untuk turut berpartisipasi dalam menegakkan keadilan. Tak hanya itu, Media AS CBC melaporkan bahwa Amerika telah mengirimkan tim ahli di bidang militer, inteligen dan penegakan hukum ke Nigeria dalam rangka membantu pemerintah atas pemberontakan Boko Haram.

Minggu, 20 April 2014

Pemilih Muda Mangsa Utama



Pemuda merupakan penentu masa depan bangsa, selain sebagai pemegang estafet bangsa jumlah mereka yang sangat banyak menjadi penentu kemenangan pemilu 2014. Wajar jika hari ini para pemilih pemula menjadi incaran oleh partai politik. Menurut Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Husni Kamil Malik, dari 180 juta daftar pemilih tetap, 30 persennya yaitu pemilih muda.

"Kalau 30 persen pemuda itu datang ke TPS maka mereka yang akan menentukan pemenang dalam pemilu," kata Husni (28/11/2013).
Hal tersebut menjadikan partai semakin kreatif untuk menarik simpati pemula, mulai dari berexis-ria disosmed hingga kampanye dengan membuat konser ala anak muda. Sementara pemikiran para pemuda  saat ini, cenderung  hanya tertarik dengan hal-hal berbau entertainer daripada hal-hal yang berbau politik, sehingga tetap menjadikan pemuda golongan yang apatis meski tingkat partisipasi memilih mereka tinggi.
Jika masa depan bangsa ini diserahkan pada para pemuda yang hanya have fun saja dan tidak begitu mengerti dengan persoalan bangsa, maka wajar jika nantinya yang memimpin negri adalah orang kerjanya have-fun juga alias rajin plesiran.
Maka saatnya pemuda hari ini sadar politik dan melihat dengan jeli tentang masalah bangsa ini. Negri dengan 1001 masalah ini butuh solusi dari para pemuda, namun solusi yang kita butuhkan bukan lagi mengganti wajah para wakil kita saja tapi juga mengganti sistem yang ada.
Sistem hari ini wajib deganti karena ia adalah biang dari masalah. Sistem demokrasi yang saat ini diterapkan sejatinya memiliki bau busuk yang dipoles sedemikian rupa dengan slogan-slogan yang cantik. Empat pilar kebebasan dalam demokrasi telah mejadikan ibu pertiwi terus mengeluarkan air mata. Pilar kebebasan yang pertama yakni kebebasan beragama telah menjadikan agama tak ubahnya dengan WC umum yang kita bisa keluar masuk seenaknya. Pilar kebebasan berpendapat telah menghasilkan lirik-lirik lagu yang mengajak kepada kemaksiatan. Pilar kebebasan berekspresi telah menjadikan eksploitasi tubuh wanita komoditi penghasil dollar. Pilar kebebasan memiliki telah menjadikan SDA negri dikuasai oleh segelintir orang yang seharusnya itu milik rakyat.
Demokrasi jugalah yang bertanggung jawab atas degradasi moral pemuda, dengan pilar kebebasannya, sensualitas wanita diumbar dalam bentuk iklan dan film. Sehingga  menkajadikan pemuda fikirannya dihiasi oleh hal-hal berbau porno. Begitu pula dengan bertambah kriminalnya perilaku pemuda akibat minuman keras yang dijual bebas dan legal atas dasar demokrasi.
Oleh karena itu saatnya pemuda sebagai penerus masa depan bangsa mencampakkan demokrasi dan menggantinya dengan  yang lebih baik. Solusi yang seharusnya diambil pemuda saat ini adalah mengembalikan Indonesia yang milik Allah kembali kepada aturanNYA. Islam sebagai agama yang paripurna tak hanya mengatur persoalan spiritual saja tetapi aturannya mencakup segala hal mulai dari bangun tidur hingga bangun negara.
Sistem pemerintahan yang menerapkan syariat Islam yakni khilafah merupakan solusi tuntas dan pilihan yang paling solutif. Dengan sistem Islam karakter pemuda dengan akhlak yang baik akan terbangun karena pendidikan yang diterapkan akan berbasis Islam, tidak seperti pendidikan sekarang yang katanya pendidikan berkarakter namun pelajaran agama hanya memiliki porsi yang sedikit. Selain itu media yang hari ini kebanyakan menampakkan hal-hal yang tak seharusnya diperlihatkan kepada para pemuda, akan diubah dengan adanya aturan Islam yang akan membatasi media dan menjadikan media sebagai wadah edukasi untuk generasi.
Tak hanya itu, aturan yang diterapkan dalam Islam merupakan aturan yang tegas dan tidak pandang bulu. Tidak seperti aturan hari ini yang diistilahkan dengan pasal karet, aturannya dapat ditarik ulur sesuai kepentingan. Sehingga kejahatan dan kriminalitas dapat direduksi dengan optimal.
Saatnya pemuda tak lagi menjadi mangsa kepentingan politisi, tapi menjadi garda terdepan mengembalikan senyum ibu pertiwi dengan syariah dan khilafah.

Pesta Demokrasi Membawa Sengsara



Pohon-pohon dan jalanan akhir-akhir ini semakin ramai, bukan karena kendaraan yang lalu lalang melaikankan foto-foto para politisi. Maklum negri ini tak lama lagi akan mengadakan perhelatan akbar yang biasa disebut pesta demokrasi. Namun makin hari tingkat partisipasi masyarakat terhadap pesta demokrasi semakin berkurang, sebagai mana dilansir nasional.inilah.com golput di Indonesia setiap tahunnya meningkat. Pada Pileg tahun 1999 angka golput sekitar 10,2 persen. Kemudian, Pileg 2004 meningkat menjadi 23,3 persen.
Rendahnya parstisipasi masyarakat diakibatkan oleh berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pra calon wakil rakyat, pasalnya sudah 68 tahun ini merdeka dan selama itu pula negri ini telah dipimpin oleh orang yang berbeda latar belakang, mulai dari anak petani,ilmuan,wanita,ulama bahkan militer namum tak ada perubahan yang berarti. Hal tersebut terjadi lantaran kita hanya memaknai demokrasi pada kulit luarnya saja. Demokrasi hanya diidentikkan dengan voting, padahal demokrasilah biang permasalahan saat ini. Mengapa demikian?, demokrasi hakikatnya adalah kedaulatan ditangan rakyat, sementara akan menjadi tidak realistis bila seluruh rakyat Indonesia berkumpul pada suatu tempat dan suatu waktu untuk membicarakan UU untuk mengatur kemaslahatan mereka, maka dibutuhkanlah yang namanya wakil rakyat. Mekanisme pemilihan wakil rakyat ini ibarat sebuah mobil, yang namanya mobil ia tak akan mampu berjalan bila tak punya mesin, maka mesin disini dianalogikan sebuah partai sebagai sebuah mesin penggerak dari wakil rakyat, namun adanya kendaraan dan mesin masih belum cukup untuk membuat sebuah kendaraan berjalan maka dibutuhkan namanya bensin, posisi bensin disini ibarat dana yang dibutuhkan oleh paratai.
Perhelatan pesta demokrasi untuk memilih seorang wakil rakyat membutuhkan dana yang sangat besar. Suplai dari internal partai saja tentu tidak cukup maka terjadilah kongkalikong atau kerjasama dengan para pemilik modal, utamanya para pengusaha. Para pengusaha ini tentu tidak memberikan dana secara cuma-cuma, sebagai gantinya para pengusaha mampu mendikte kebijakan-kebijakan dari para wakil rakyat agar sesuai dengan kepentingan mereka. Maka jangan heran ketika banyak kebijakan yang berasal dari wakil rakyat namun sama sekali tidak memcerminkan untuk kepentingan rakyat, UU Perkebunan, UU Minerba, UU Penanaman Modal, dan sebagainya. UU tersebut memberika akses seluas-luasnya kepada para pengusaha untuk mengeruk SDA negri, sementara rakyat hanya diberikan janji-janji palsu dan sedikit bahan pangan atau pakaian menjelang pemilu. Rakyat yang seharusnya mendapatkan pendidikan, kesehatan dan transportasi memadai dari kekayaan negri ini, justru menjadi objek paling menderika karena tidak mampu mendapatkan haknya gara-gara demokrasi.
Inilah wajah asli demokrasi yang selama ini bersembunyi dibalik topeng slogan-slogannya yang manis saatnya rakyat sadar dan bangkit untuk menolak demokrasi.
Maka solusi agar dapat keluar dari permaslahan ini adalah mengganti sistem demokrasi dengan sistem yang mampu membawa perubahan Indonesia kearah lebih baik. Satu-satunya sistem yang dapat mewujudkan itu semua adalah khilafah yakni sistem kenegaraan yang menerapkan aturan-aturan Allah SWT didalamnya. Karena Indonesia ini milik Allah dan yang paling tahu baik dan buruk bagi manusia adalah Allah maka menjadi konsekuensi logis bila seharusnya kita kembali kepada aturan Allah SWT.
 Jika aturan manusia diterapkan maka akan sarat dengan kepentingan individu maupun kelompok yang membuat aturan. Sistem Islam dengan sistem ekonominya yang mengharamkan SDA untuk dikuasai individu akan mampu menopang ekonomi negeri bukan lagi dengan utang atau pajak. Dengan sistem pendidikannya akan menciptakan pendidikan yang tidak lagi dijadikan bisnis melainkan membangun karakter anaka bangsa. Sistem pergaulan Islam akan mampu mewujudkan negri yang menjaga kehormatan wanita. Selain itu Sistem pidana dalam Islam mampu mewujudkan keadilan dan ketegasan hukum yang mampu membuat kejahatan tereduksi. Meski sistem ini merupakan sistem Islam namun hal tersebut tidak akan mendeskriminasi pihak-pihak non Islam karena untuk permasalahan agama tidak ada paksaan untuk memeluk Islam, begitu pula perkara makanan, pakaian dan cara nikah akan diserahkan kepada masing-masing individu berdasarkan keyakinannya, hanya saja berkaitan masalah hukum publik maka setiap warga negara harus mematuhi aturan sistem ini.
Itu hanya segelintir gambaran tentang khilafah, sebagai seorang manusia yang masih menggunakan akal sehat tentu jika diminta untuk memilih antara demokrasi dan khilafah kita mampu memilih sistem yang tepat untuk negri ini.
Berkontribusi dalam pesta demokrasi hanya akan menambah nafas panjang demokrasi, padahal ia telah lama mencekik nadi pada leher rakyat ini.



LPG Naik, Rakyat Tercekik, Caleg Pasang Aksi



Kenaikan LPG 12 kg saat ini membuat rakyat semakin tercekik, meski kenaikan yang awalnya 3.500 per Kg diubah menjadi 1.000 per Kg, yah tetap saja rakyat menjerit, wong harganya tetap  naik kok. Rakyat sebagai objek yang paling terbebani atas kebijakan ini membuat para politisi angkat bicara. Bagai oase ditengah gurun pasir, para politisi rame-rame menghujat Pertamina atas pembelaan mereka terhadap rakyat namun namanya oase tetaplah oase, ia hanya bentuk halusinasi tanpa pernah ada relitanya.
Masalahnya Pertamina mengambil jalan menaikkan LPG bukan semata-mata tanpa alasan, Pertamina mengalami kerugian sehingga mau tidak mau harus melakukan hal yang dapat menyelamatkannya. Meskipun begitu hal tersebut tidaklah wajar karena Indonesia termasuk peringkat ke-13 negara di dunia dengan cadangan gas alam sebesar 92,9 triliun kaki kubik. Tapi hal tersbut tidak berkolerasi dengan tersedianya LPG yang murah dan terjangkau.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Dirjen Migas Evita Legowo dikutip dari situs Ditjen Migas, Jumat (11/5/2012). ” Sampai saat ini sebanyak 74% kegiatan usaha hulu atau pengeboran minyak dan gas (migas) di Indonesia masih dikuasai perusahaan asing. Perusahaan nasional cuma menguasai 22% dan sisanya konsorsium asing”. Karena gas yang dikuasai oleh Indonesia tidak sebanding dengan konsumsi gas dalam negri sehingga pertamina mengimpor gas.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan, 59% gas yang diperdagangkan Pertamina berasal dari impor. Sedangkan, sekitar 30% berasal dari perusahaan migas dalam negeri, sisanya dari eks kilang Pertamina.
Betapa bodohnya negri ini, punya kekayaan justru diberikan ke asing, giliran Indonesia yang butuh gas, malah impor dengan harga yang mahal. Hal ini terjadi karena kita menerapkan sistem ekonomi kapitalisme dan sistem pemerintahan demokrasi. Dalam sistem ini yang membuat hukum adalah manusia, sehingga wajar kalau manusia diberikan wewenang membuat hukum maka akan banyak kebijakan yang sarat akan kepentingan si pembuat hukum, faktanya dengan adanya kebijakan memberikan hak kepada asing untuk mengeruk kekayaan alam Indonesia, tentu pembuat kebijakan mendapatkan fee tertentu dari perusahaan asing tersebut.
Seharusnya sistem yang hari ini menjadi biang kerok dari masalah bangsa dicampakkan, kemudian diganti dengan sistem yang betul-betul mampu menuntaskan masalah bangsa saat ini. Satu-satunya sistem yang mempu memberikan perubahan dan pengaruh yang berarti bagi tanah air ini adalah dengan mengembalikan aturan sang pencipta yakni Allah sebagai pencipta sekaligus pengatur dunia ini dengan cara menerapkan syariatNYA secara sempurna.
Syariat Islam khususnya sistem ekonomi dalam Islam telah mengatur tentang kepemilikan yang terbagi atas 3, yakni kepemilikan individu, umum dan negara. Kepemilikan umum salah satunya adalah migas, artinya migas haram hukumnya dikuasai oleh individu ataupun kelompok. Negaralah yang bertugas sebagai regulator yang mendistribusikan kepemilikan umum secara merata kepada rakyat baik dalam bentuk mentah atau keuntungannya dialokasikan untuk pendidikan, kesehatan dan lainnya.
Islam sebagai sebuah ideologi tak hanya mengatur persoalan spiritual saja tetapi juga mengatur segala aspek kehidupan, baik itu ekonomi, politik, sosial, pendidikan dan lain-lain. Adapun bentuk pemerintahan sistem Islam berbeda dengan yang lainnya, ia bukan kerajaan, republik, demokrasi ataupun teokrasi, tetapi memiliki ciri khas lain yang pemerintahannya disebut khilafah.
Khilafahlah yang dapat mengatasi berbagai problematika kita hari ini. Jadi jika memang para politisi benar-benar ingin membela rakyat maka harusnya tidak hanya mengecam Pertamina tetapi mampu mengembalikan kekayaan ibu pertiwi kembali kepangkuan rakyat Indonesia. Selain itu, para politisi juga  memberika solusi tuntas dengan lantang mengkampanyekan kebangkitan khilafh yang telah dijanjikan Allah, sebagai satu-satunya sistem sahih yang mampu mensejahterahkan rakyat Indonesia.  

Rabu, 15 Januari 2014

Sejumput Kisah Dibalik Hijabku

Masih jelas diingatanku suatu hari dimana langkah awal menuju jalan baru mulai kutorehkan dalam kisah perjalanan hidupku. Siang itu hawanya terasa membakar, debu bertebaran diiringi deru kendaraan bermotor saling bersahut-sahutan seolah menjerit kepanasan, keringat-keringat kian berjatuhan dari pori-pori kulit yang merasakan kelelahan, meski aku saat itu sedang berada dalam rumah tepatnya rumah guru Rohisku ka’ Yati, rasa panas masih terasa menyengat kulitku, tapi panas hawa yang kurasa saat ini tak seberapa dibandingkan dengan panasnya semangatku, semangat yang kian membara hingga terasa di setiap sel tubuhku,semangat untuk berubah, semangat untuk berIslam secara kaffah, semangat untuk meraih ridho Ilahi.Allahu Akbar
“Krrriiiit”, bunyi decit pintu mengiringi langkahku keluar dari pintu kamar kak Yati sementara itu diluar kamar ukhti-ukhti rekan sepengajian tengah menungguku. Ketika aku menampakkan diriku dengan seragam sekolah yang tengah kukenakan, sontak saja tawa membahana melihat sosokku yang mengenakan seragam sekolah. Bagaimana tidak, seragam sekolah yang baru saja dijahit oleh Endah salah seorang temanku, terlihat tidak biasa. Bukannya terkesan unik ini malah terkesan aneh. Rencananya seragam sekolahku akan disambung antara rok dan bajunya, setelah dijahit Endah seragam itu memang telah tersambung, tapi Endah menyambungkan roknya terlalu kebawah sehingga seragamku jadi terlihat aneh bin abnormal dengan penampakan rok kedodoran.
Kalau anak-anak gaul jaman sekarang memang biasanya dengan rela dan sengaja memakai rok sekolah di pinggul atau di bawah pinggul yang biasanya disebut ‘pinggang jatuh’, kalau memakai rok diatas itu misalkan memakai rok di atas pinggang, maka percayalah anak malang itu akan dicap kolot bin kampungan atau dicap jojon the next generation, hehehe. Tetapi penampakan seragamku kali ini lebih fantastis bukan ‘pinggang jatuh’ lagi namanya karena roknya sangat dibawah pinggang terlihat nyaris jatuh. Eeiits tapi hal ini bukan kulakukan untuk keren-kerenan atau karena menginkan predikat gaul loh. Hal itu kulakukan semata-mata demi merai ridhoNya. Karena aku menyadari standarisasi sebagai seorang muslim adalah sumber hukum Islam yakni Al-Qur’an, Assunnah, ijma’ sahabat dan qiyas. Maka dari itu untuk mempertahankan idealismeku sebagai seorang muslimah akan ku kenakan hijabku sesuai syariatNya, tak perlu aku memelototi majalah fashion untuk menetukan cara berbusanaku atau menjiplak gaya busana ala barat yang minim kain, cukuplah ayat Al-Qur’an menjadi tuntunanku yang dengannya kurasakan kedamaian dan kemuliaan sebagai muslimah sejati.
Sebagaimana yang pernah diajarkan oleh guru ngajiku mengenai cara berpakaian seorang muslimah yang disyariatkan olehNya., guruku menjelaskan bahwa pakaian perempuan ketika berada di tempat umum itu ada dua, yaitu jilbab dan kerudung. Hal tersebut sesuai dengan dalil Al-Qur’an surah An-Nur ayat 31 dan Al-Ahzab ayat 59.