Simak Kategory yuk..

Cerpen (1) Dakwah (1) KHILAFAH (4) Muslimah (3) Opini (5) Puisi (3) Remaja (1) Video (1)

Minggu, 20 April 2014

Pesta Demokrasi Membawa Sengsara



Pohon-pohon dan jalanan akhir-akhir ini semakin ramai, bukan karena kendaraan yang lalu lalang melaikankan foto-foto para politisi. Maklum negri ini tak lama lagi akan mengadakan perhelatan akbar yang biasa disebut pesta demokrasi. Namun makin hari tingkat partisipasi masyarakat terhadap pesta demokrasi semakin berkurang, sebagai mana dilansir nasional.inilah.com golput di Indonesia setiap tahunnya meningkat. Pada Pileg tahun 1999 angka golput sekitar 10,2 persen. Kemudian, Pileg 2004 meningkat menjadi 23,3 persen.
Rendahnya parstisipasi masyarakat diakibatkan oleh berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pra calon wakil rakyat, pasalnya sudah 68 tahun ini merdeka dan selama itu pula negri ini telah dipimpin oleh orang yang berbeda latar belakang, mulai dari anak petani,ilmuan,wanita,ulama bahkan militer namum tak ada perubahan yang berarti. Hal tersebut terjadi lantaran kita hanya memaknai demokrasi pada kulit luarnya saja. Demokrasi hanya diidentikkan dengan voting, padahal demokrasilah biang permasalahan saat ini. Mengapa demikian?, demokrasi hakikatnya adalah kedaulatan ditangan rakyat, sementara akan menjadi tidak realistis bila seluruh rakyat Indonesia berkumpul pada suatu tempat dan suatu waktu untuk membicarakan UU untuk mengatur kemaslahatan mereka, maka dibutuhkanlah yang namanya wakil rakyat. Mekanisme pemilihan wakil rakyat ini ibarat sebuah mobil, yang namanya mobil ia tak akan mampu berjalan bila tak punya mesin, maka mesin disini dianalogikan sebuah partai sebagai sebuah mesin penggerak dari wakil rakyat, namun adanya kendaraan dan mesin masih belum cukup untuk membuat sebuah kendaraan berjalan maka dibutuhkan namanya bensin, posisi bensin disini ibarat dana yang dibutuhkan oleh paratai.
Perhelatan pesta demokrasi untuk memilih seorang wakil rakyat membutuhkan dana yang sangat besar. Suplai dari internal partai saja tentu tidak cukup maka terjadilah kongkalikong atau kerjasama dengan para pemilik modal, utamanya para pengusaha. Para pengusaha ini tentu tidak memberikan dana secara cuma-cuma, sebagai gantinya para pengusaha mampu mendikte kebijakan-kebijakan dari para wakil rakyat agar sesuai dengan kepentingan mereka. Maka jangan heran ketika banyak kebijakan yang berasal dari wakil rakyat namun sama sekali tidak memcerminkan untuk kepentingan rakyat, UU Perkebunan, UU Minerba, UU Penanaman Modal, dan sebagainya. UU tersebut memberika akses seluas-luasnya kepada para pengusaha untuk mengeruk SDA negri, sementara rakyat hanya diberikan janji-janji palsu dan sedikit bahan pangan atau pakaian menjelang pemilu. Rakyat yang seharusnya mendapatkan pendidikan, kesehatan dan transportasi memadai dari kekayaan negri ini, justru menjadi objek paling menderika karena tidak mampu mendapatkan haknya gara-gara demokrasi.
Inilah wajah asli demokrasi yang selama ini bersembunyi dibalik topeng slogan-slogannya yang manis saatnya rakyat sadar dan bangkit untuk menolak demokrasi.
Maka solusi agar dapat keluar dari permaslahan ini adalah mengganti sistem demokrasi dengan sistem yang mampu membawa perubahan Indonesia kearah lebih baik. Satu-satunya sistem yang dapat mewujudkan itu semua adalah khilafah yakni sistem kenegaraan yang menerapkan aturan-aturan Allah SWT didalamnya. Karena Indonesia ini milik Allah dan yang paling tahu baik dan buruk bagi manusia adalah Allah maka menjadi konsekuensi logis bila seharusnya kita kembali kepada aturan Allah SWT.
 Jika aturan manusia diterapkan maka akan sarat dengan kepentingan individu maupun kelompok yang membuat aturan. Sistem Islam dengan sistem ekonominya yang mengharamkan SDA untuk dikuasai individu akan mampu menopang ekonomi negeri bukan lagi dengan utang atau pajak. Dengan sistem pendidikannya akan menciptakan pendidikan yang tidak lagi dijadikan bisnis melainkan membangun karakter anaka bangsa. Sistem pergaulan Islam akan mampu mewujudkan negri yang menjaga kehormatan wanita. Selain itu Sistem pidana dalam Islam mampu mewujudkan keadilan dan ketegasan hukum yang mampu membuat kejahatan tereduksi. Meski sistem ini merupakan sistem Islam namun hal tersebut tidak akan mendeskriminasi pihak-pihak non Islam karena untuk permasalahan agama tidak ada paksaan untuk memeluk Islam, begitu pula perkara makanan, pakaian dan cara nikah akan diserahkan kepada masing-masing individu berdasarkan keyakinannya, hanya saja berkaitan masalah hukum publik maka setiap warga negara harus mematuhi aturan sistem ini.
Itu hanya segelintir gambaran tentang khilafah, sebagai seorang manusia yang masih menggunakan akal sehat tentu jika diminta untuk memilih antara demokrasi dan khilafah kita mampu memilih sistem yang tepat untuk negri ini.
Berkontribusi dalam pesta demokrasi hanya akan menambah nafas panjang demokrasi, padahal ia telah lama mencekik nadi pada leher rakyat ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar