Pemuda merupakan penentu masa depan bangsa, selain sebagai pemegang estafet bangsa jumlah mereka yang sangat banyak menjadi penentu kemenangan pemilu 2014. Wajar jika hari ini para pemilih pemula menjadi incaran oleh partai politik. Menurut Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Husni Kamil Malik, dari 180 juta daftar pemilih tetap, 30 persennya yaitu pemilih muda.
"Kalau 30 persen pemuda itu datang ke TPS maka mereka yang akan menentukan pemenang dalam pemilu," kata Husni (28/11/2013).
Hal tersebut menjadikan partai semakin kreatif untuk menarik
simpati pemula, mulai dari berexis-ria disosmed hingga kampanye dengan membuat
konser ala anak muda. Sementara pemikiran para pemuda saat ini, cenderung hanya tertarik dengan hal-hal berbau
entertainer daripada hal-hal yang berbau politik, sehingga tetap menjadikan
pemuda golongan yang apatis meski tingkat partisipasi memilih mereka tinggi.
Jika masa depan bangsa ini diserahkan pada para pemuda yang
hanya have fun saja dan tidak begitu mengerti dengan persoalan bangsa, maka
wajar jika nantinya yang memimpin negri adalah orang kerjanya have-fun juga
alias rajin plesiran.
Maka saatnya pemuda hari ini sadar politik dan melihat
dengan jeli tentang masalah bangsa ini. Negri dengan 1001 masalah ini butuh
solusi dari para pemuda, namun solusi yang kita butuhkan bukan lagi mengganti
wajah para wakil kita saja tapi juga mengganti sistem yang ada.
Sistem hari ini wajib deganti karena ia adalah biang dari
masalah. Sistem demokrasi yang saat ini diterapkan sejatinya memiliki bau busuk
yang dipoles sedemikian rupa dengan slogan-slogan yang cantik. Empat pilar
kebebasan dalam demokrasi telah mejadikan ibu pertiwi terus mengeluarkan air
mata. Pilar kebebasan yang pertama yakni kebebasan beragama telah menjadikan
agama tak ubahnya dengan WC umum yang kita bisa keluar masuk seenaknya. Pilar
kebebasan berpendapat telah menghasilkan lirik-lirik lagu yang mengajak kepada
kemaksiatan. Pilar kebebasan berekspresi telah menjadikan eksploitasi tubuh
wanita komoditi penghasil dollar. Pilar kebebasan memiliki telah menjadikan SDA
negri dikuasai oleh segelintir orang yang seharusnya itu milik rakyat.
Demokrasi jugalah yang bertanggung jawab atas degradasi
moral pemuda, dengan pilar kebebasannya, sensualitas wanita diumbar dalam
bentuk iklan dan film. Sehingga menkajadikan pemuda fikirannya dihiasi oleh
hal-hal berbau porno. Begitu pula dengan bertambah kriminalnya perilaku pemuda
akibat minuman keras yang dijual bebas dan legal atas dasar demokrasi.
Oleh karena itu saatnya pemuda sebagai penerus masa depan
bangsa mencampakkan demokrasi dan menggantinya dengan yang lebih baik. Solusi yang seharusnya
diambil pemuda saat ini adalah mengembalikan Indonesia yang milik Allah kembali
kepada aturanNYA. Islam sebagai agama yang paripurna tak hanya mengatur
persoalan spiritual saja tetapi aturannya mencakup segala hal mulai dari bangun
tidur hingga bangun negara.
Sistem pemerintahan yang menerapkan syariat Islam yakni
khilafah merupakan solusi tuntas dan pilihan yang paling solutif. Dengan sistem
Islam karakter pemuda dengan akhlak yang baik akan terbangun karena pendidikan
yang diterapkan akan berbasis Islam, tidak seperti pendidikan sekarang yang
katanya pendidikan berkarakter namun pelajaran agama hanya memiliki porsi yang
sedikit. Selain itu media yang hari ini kebanyakan menampakkan hal-hal yang tak
seharusnya diperlihatkan kepada para pemuda, akan diubah dengan adanya aturan
Islam yang akan membatasi media dan menjadikan media sebagai wadah edukasi
untuk generasi.
Tak hanya itu, aturan yang diterapkan dalam Islam merupakan
aturan yang tegas dan tidak pandang bulu. Tidak seperti aturan hari ini yang
diistilahkan dengan pasal karet, aturannya dapat ditarik ulur sesuai
kepentingan. Sehingga kejahatan dan kriminalitas dapat direduksi dengan
optimal.
Saatnya pemuda tak lagi menjadi mangsa kepentingan politisi,
tapi menjadi garda terdepan mengembalikan senyum ibu pertiwi dengan syariah dan
khilafah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar