Simak Kategory yuk..

Cerpen (1) Dakwah (1) KHILAFAH (4) Muslimah (3) Opini (5) Puisi (3) Remaja (1) Video (1)

Minggu, 28 September 2014

Muka Dua Amerika Hingga Solusi Palestina


Penculikan gadis-gadis sekolahan di Negeria membuat dunia terperanjat, betapa tega organisasi yang bernama Jama’atu Ahlis Sunna Lidda’awati wal-Jihad yang kemudian terkenal dengan sebutan  Boko Haram menculik gadis-gadis belia yang tak punya salah apa-apa. Rupanya kasus ini tak hanya membuat pemerintah Nigeria berang, Ibu nomer 1 di Amerika Serika Michelle Obama juga geram. Kepeduliannya dia tunjukkan dengan mengupload fotonya yang  berwajah kesal sambil memegang kertas putih bertuliskan  #Bring Back Our Girls. Persoalan kemanusian membuat ibu dari negara adidaya merasa memiliki tanggung jawab moral untuk turut berpartisipasi dalam menegakkan keadilan. Tak hanya itu, Media AS CBC melaporkan bahwa Amerika telah mengirimkan tim ahli di bidang militer, inteligen dan penegakan hukum ke Nigeria dalam rangka membantu pemerintah atas pemberontakan Boko Haram.

Tentu sebagai individu yang menyaksikan permasalah  itu kita juga menginginkan agar para gadis tersebut dapat dibebaskan, namun yang menjadi pertanyaan kritisnya adalah mengapa Amerika memiliki sikap berbeda dalam menanggapi kasus kemanusian yang ada di gaza?. Padahal kaus gaza akhir-akhir ini  menjadi trending  topik utama.  Jumlah korban tewas serangan udara tujuh hari Israel ke Gaza meningkat menjadi 186 orang, Senin (14/7), melebihi korban tewas konflik terakhir 2012 lalu. Apalagi sebenarnya kasus gaza bukanlah hal baru. Peperangan antara palestina dan Israel telah terjadi sejak tahun, ibaratnya kasus gaza adalah episode lama yang berulang kembali, sehingga tentu jumlah korban jiwanya tak terhitung lagi.
Kalau mau bersikap objektif tentunya Michelle Obama akan lebih mengecam Israel, apalagi Amerika merupakan negara super power sehingga banyak kontribusi yang bisa dilakukan Amerika untuk menindak agresor Israel. Tapi pada kenyataannya hal tersebut tidak dilakukan.
Tak hanya Amerika PBB juga menunjukkan topengnya. Sebagai pihak yang paling punya wewenang mengatasi masalah keamanan dunia, PBB menindaklanjuti kasus Boko Haram hingga diputuskan memasukkan Boko Haram kedalam daftar organisasi teroris yang berafiliasi pada Al-Qaeda (voa-islam.com).  Keputusan mengenai status Boko Haram menjadi penting karena dengan statusnya sebagai organisasi teroris maka embargo senjata dan pembekuan aset dapat dilakukan. Lantas pertanyaanya, mengapa Israel tidak ditindaklanjuti dengan memasukkannya pula kedalam daftar teroris?. Apalagi Israel bukan hanya meneror tetapi melakukan genosida, bukakah ini jauh lebih kejam dari yang dilakukan Boko Haram?.
Maka perlu disadari berharap pada PBB atau Amerika untuk menyelesaikan konflik palestina ibarat oase ditengah padang pasir. Harapan untuk menyelesaikan masalah yang ada di Palestina harusnya kita sematkan dipundak kita masing-masing, apalagi jika posisi kita adalah umat muslim yang dalam terminologi Islam kaum muslim itu ibarat satu tubuh, tentu jika salah satu bagian tubuh yang sakit maka bagian tubuh yang lain akan bereaksi pula.
Reaksi terhadap Palestina sangat beragam. Mulai dari buliran air mata, lantunan doa, penggalangan dana, demonstrasi mengecam Israel dan seruan pengiriman militer, pemboikotan produk Israel hingga turut bergabung dengan kelompok mujahidin untuk berjihad.
Tentu setiap usaha tersebut tidaklah sia-sia, hanya saja persoalannya adalah mengapa kaum muslimin yang jumlahnya kurang lebih 1,5 milyar tidak mampu mengalahkan Israel yang jumlahnya hanya sekitar 7 jutaan orang?. Itu karena kita terpisah-pisah ada sekat diantara kita sehingga jumlah 1,5 milyarpun tak berarti apa-apa. Sekat-sekat nasionalisme telah mengamputasi solidaritas atas aqidah kita.
Sehingga sudah saatnya kita sadar bahwa mengharapkan pemecahan persoalan ditangan negara atau lembaga bermuka dua tentu hal yang keliru. Satu-satunya harapan kita adalah penyatuan kaum muslim atas terpecah belahnya gerakan kita. Kita butuh satu kepemimpinan yang mampu mengomandoi gerakan kita. Coba bayangkan jika 1,5 milyar muslim mengikuti satu komando untuk menyerang Israel, jangankan untuk mengangkat moncong senapan ke hadapan mereka, jika 1,5 milyar hanya teriak saja maka niscaya Israel akan ngacir duluan. Kalau dikatakan sulit untuk menyatukannya, memang diakui hal itu sulit, namun hal tersebut bukanlah tidak mungkin, toh sejarah telah mencatat bahwa kaum muslim pernah hidup dalam satu kepemimpinan yang disebut khilafah selama sekitar 1300 tahun lamanya dengan luas wilayah sekitar 2/3 dunia. Hal itu bukan sekedar romantisme sejarah, sejarah tersebut juga mampu tercatat karena adanya usaha orang-orang untuk menyatukan kaum muslim, yang jelas bukan orang-orang pesimis yang mampu melakukannya. Bukan pula orang pragmatis yang telah merasa cukup dengan apa yang dilakukannya, apalagi orang apatis yang tak peduli dengan kondisi sekitar.
Maka mari menjadi orang ideologis yang punya spirit idealis, karena Israel tak mempan dengan tindakan diplomasi. Jika Israel memakai tank, rudal dan senjata berat lain maka tentu kita tak cukup melawannya hanya dengan doa,dana atau air mata. Kita juga butuh suplai persenjataan lengkap, logistik yang cukup dan strategi matang dan hal tersebut hanya dapat diwujudkan jika kita memiliki satu kepemimpinan, maka mengadakannya menjadi perkara wajib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar