Cucuran
butiran keringat mulai menjalari sekujur tubuhku dalam setiap gayuhan sepedaku.
Jalan setapak yang sempit dan berbatu tidak membuat laju sepedaku melambat, aku
terus mengayuh & mengayuh
hingga terlihat bagai orang kesetanan, bagaimana tidak, jalanan setapak itu
habis kugilas dengan roda sepedaku, maklum jalan itu hampir tiap hari ku lalui,
sehingga tiap pijakan, tiap bebatuan, dan tiap tikungan telah tertanam kuat
dalam benakku.
Aku
mengayuh dan terus mengayuh hingga genangan becek di depanku memaksaku agar menghentikan laju sepedaku
yang kecepatannya sudah tak terhitung oleh speedmeter, “Srroot” terlambat,
sebelum aku menarik rem , sepedaku telah melintasi becek itu hingga percikannya
kini menempel pada rok dan sepatu sekolahku. “huuh” gerutuku dalam hati ,
sambil menghentikan sepedaku dan menyapu-nyapu kecil percikan yang tertempel
pada rokku, stelah itu ku lihat jam yang melingkar
pada pergelangan tanganku
‘Oh No’ kataku sambil menepuk dahi
jarum pada jamku
kini menunjukkan pukul 07.14, itu berarti semenit lagi pagar sekolahku akan
tertutup
Tak ayal jalan setapak kembali ku gilas dengan menggila. Akhirnya
sekolahkupun kian terliahat, lega rasanya setalah bergelut dengan jalan setapak
yang bagai tak berujung akhirnya sampailah aku pada tempat tujuanku, tetapi oh
tidak pagar sekolahku mulai
menutup dan kian waktu kian hanya menyisakan
celah kecil untukku, tak kusia-siakan celah sekecil apapun untuk kujejali
dengan sepedaku. Ku gayuh sepedaku dengan kecepatan super maximum ,ku gayuh dan
terus ku gayuh, lagi-lagi cucuran keringat menemani setiap gayuhanku, kian
kugayuh celah itu kian kugapai tetapi celah itupun kian menutup disaat aku
hampir menbusnya, karena tak mau kalah ku tambah kecepatanku dari super maximum
menjadi very super maximum, sehingga akhirnya celah
itupun dapat kutaklukkan. Karena saking
cepatnya, sepedaku tak dapat kukendalikan aku mencoba menarik remnya, namun
sialnya rem sepaduku blong maklum rem blong adalah penyakit menahun yang
diderita sepada rongsokanku, akhirnya
aku memasuki halaman sekolahku dengan sepeda yang seolah kesetanan,kini di
depanku pohon beringin tua menunggu untuk ditabrak dengan pasrahnya, menyadari
bahaya itu cepat-cepat kubanting stir sepedaku kea rah kanan
“huh hampir saja” kataku sambil berbalik kerah pohon
yang kini berada dibelakangku. Tiba-tiba, “BRRUUUK “
‘Ooouuuchh’ tabrakan itu membuat kepalaku pusing. Aku
mencoba melihat apa yang sebenarnya ku tabrak tadi, dan dalam pandangan mata
yang agak kabur aku dapat melihat sesosok pria bertampang garang, berkumis
tebal dan berkulit hitam namun itu hanya berupa bayangan belum jelas sosok yang
sebenarnya, apakh ia seorang perampok?hmm sepertinya bukan, atau seorang
pencuri? Kelihatannya kurang tepat, mungkin seorang perompak? Aku mengada-ngada
saja, mana ada perompak di darat adanyakan di laut,atau jangan ia adalah monster?hampir tepat sih
karena tampangnya rada mirip hehehe, sayangnya tak ada monster di dunia ini.
Kuputuskan untuk mengucek mataku agar sosok itu makin jelas terlihat, ku
‘search’ wajah orang-orang yang kukenal dan ‘aha’ I’ve got it,,, BUT..oh god! Please jangan sampai dia.
Karena tak percaya sosok itu adalah dia, aku kembali mengucek mataku, sosok itu
kian jelas
terlihat dan itu benar-benar
dia,kutelan air liurku yang nyangkut ditenggorokanku, tiba-tiba hawa pagi ini
kian mendung serasa petir sesekali menyambar disekitarku, burung-burung yang
sedari tadi riang melantunkan nyanyian kini menjadi bungkam tak bersuara
(mungkin kesellek? Hehe)